I.
PENDAHULUAN
Inteligensi (kecerdasan)
1.
Pengertian inteligensi
Perkataan
inteligensi berasal dari kata
“intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to
orgarize, to relate, to bind, together) pengertian inteligensi memberikan
bermacam-macam arti bagi para ahli yaitu sebagai berikut:
1.1.
Super & cites mengemukakan sesuai definisi yang sering dipakai oleh
sementara orang sebagai berikut ( kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
atau belajar dari pengalaman ( 1962 : 82 ).
1.2.Bischof
seorang fisikolog amerika ( 1954 )
Itelingensi ialah
kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah
1.3.Heidentich
( 1970 )
Iteligensi meyangkut
kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
penyesuain terhadap situasi – situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan
masalah – masalah.
2. Teori
– teori tentang inteligensi
Untuk lebih memperjelas
pengertian inteligenci berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang
itelingensi.
2.1.Teori
“ uni-factor”
Pada tahun 1911, wilhelm stern memperkenalkan
suatu teori tentang iteligensi yang di sebut “uni-factor theory”. Teori ini
dikenal pula sebagai teori kapasitas umum. Menurut teori ini inteligensi
merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Karena itu, cara kerja inteligenci
juga bersifat umum. Reaksi atau seseorang dalam menyesuikan diri terhadp lingkungan
atau memecahkan sesuatu masalah adalah bersifat umum pula. Kapasitas umum (
general capacity ) yang di timbulkan itu lazim dikemukakan dengan kode “G”.
2.2.Teori
“two-factors”
Pada tahun 1904 yaitu
stern, seorang ahli matematika bernama Charles spearman, mengajukan sebuah
teori tentang inteligensi. Teori spearman itu terkenal dengan sebutan “two
kinds of factors theory.” Spearman mengembangkan teori inteligensi berdasarkan
suatu factor mental umum yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang
diberi “s”. factor “g” mewakili kekuatan mental umum yang berfungsi dalam
setiap tingkah laku mental individu, sedangkan factor-faktor “s” menentukan
tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan.
2.3.Teori
“multi-factors”
Teori inteligensi multi
factor dikembangkan oleh E.L Thorndike. Teori ini tidak berhubungan dengan
konsep general ability atau factor “g” . Menurut teori ini, inteligensi terdiri
dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan-hubungan neural khusus
inilah yang mengarahkan tingkah lakuindividu. Ketika seseorang dapat
menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak, menjumlah bilangan, atau melakukan
pekerjaan itu berarti bahwa ia dapat
melakukan itu karna terbentuknya koneksi-koneksi di dalam sistem saraf akibat
belajar atau latihan. Manusia didiperkirakan memiliki 13 miliar urat saraf
sehingga memungkinkan adanya hubungan neural yang banyak sekali. Jadi,
inteligensi menurut teori ini adalah jumlah koneksi actual dan potensial di
dalam sistem saraf
2.4.Teori
“Primary-Mental-Abilities”
l.l thurstone telah
berusaha menjelaska tentang organisasi inteligensi yang abstrak, ia dengan
menggunakan tes – tes mental serta teknik – teknik stastistik khusus membagi
itelingensi menjadi 7 kemampuan primer, yaitu :
3.4.1. kemampuan
numerical/matematis.
3.4.2. kemampuan
verbal, atau berbahasa .
3.4.3. kemampuan
abstraksi berupa visualisasi atau berpikir .
3.4.4. kemampuan
membuat keputusan baik induktif maupun deduktif.
3.4.5. kemampuan
mengenal atau mengamati.
3.4.6. kemampuan
mengingat
3.5.
Teori “sampling “
Untuk menjelaskan tentang inteligensi,
Godfrey H.Thomson pada tahun 1916 mengajukan sebuah teorinya yang disebut teori
sampling. Teori ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 1935dan 1948.
Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel dunia
berisikan berbagai bidang pengalaman. Berbagai bidang pengalaman itu terkuasai
oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya. Masing-masing bidang hanya
terkuasai sebagian-sebagian saja dan ini mencerminkan kemampuan mental manusia
. sebagai gambaran, misalnya saja dunia nyata terdapat kemampuan atau
bidang-bidang pengalaman A,B,C, Inteligesi bergerak dengan sampel, misalnya
sebagian A dan sebagian B atau dapat pula sebagian dari bidang-bidang A,B, dan
C.
3. Factor-faktor
yang mempengaruhi inteligensi seseorang
Factor-faktor
yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang
dengan yang lain ialah:
3.1.Pembawaan:
pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama
ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang
bodoh. Meskipun menerima latihan dan
pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
3.2.Kematangan:
tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan tiap
organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masig-masing. Anak-anak tidak dapat
memecahkan soal-soal tertentu, karena soal-soal itu masih terlampau sukar
baginya.
3.3.Pembentukan:
pembentukan ialah segala keadaan diluar diri mempengaruhi perkembangan sengaja
( seprti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja
(pengaruh alam sekitar )
3.4.Minat
dan pembawaan yang khas : minat mengarahkan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring
motivasi). Dari manipulasi dan eksplorisasi yang dilakukan terhadap dunia luar
itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang mereka minat
seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
3.5.Kebebasan:
kebebasan berarti bahwa manusia itu
dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia
mempunyai kebebasan memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya
kebebasan ini berarti bahwa minat itu
selamanya tidak menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.
Orang-orang
yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa
perancis: Alfaret Binet dan pembantunya simon. Sehingga tes nya dikenal dengan
nama Tes Binet- Simon. Seri tes dari binet simon ini, pertama diumumkan antara
1908-1911 yang diberi nama Chelle matrique de L’intelligence atau skala
pengukuran kecerdasan. Tes binet simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan
yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun ).
Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja bibuat mengenai segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran di sekolah .
Seperti:
-
mengulang kalimat kalimat yang pendek atau panjang
-
mengulang deretan angka-angka
-memperbandingkan
berat timbangan
-
menceritakan isi gambar-gambar
-
menyebut nama bermacam-macam warna
-
menyebut harga mata uang
4. Peranan
pendidikan dalam meningkatkan inteligensi
Penelitian
para psikolog lowa Dr. NancyBayley dari universitas California mengemukakan
pendapat, bahwa IQ anak yang masih terlalu muda mengalami perubahan
“turun-naik” (tidak tetap). Ia
berpendapat, bahwa kapasitas mental anak masih terlalu muda tidak berkembang
dengan kecepatan yang sama dengan perkem bangan
kecepatan mental anak-anak sebaya lainya, meskipun mereka mempunyai
kekuatan-kekuatan intelektual yang sama. Ini dapat berarti, bahwa dalam tahap
perkembangan tertentu seorang anak dapat memiliki IQ di bawah
rata-rata,sedangkan dalam tahap yang lain ia memiliki IQ di atas rata-rata.
Peneliti-peneliti
lain sperti yang dilakukan oleh Prof. Irving Lorge (1945) dari universitas
Colombia menunjukkan, bahwa IQ seseorang berubungan dengan tingkat
pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seorang semakin tinggi pula IQ-nya.
5. Inteligesi
pria dan wanita
Banyak
orong yang sudah meyakini, bahwa antara pria dan wanita tidak terdapat
perbedaan dalam inteligesi. Banyak pula penelitian yang membuktikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Dari tes-tes yang
pernah diberikan, wanita terutama berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes
yang meyangkut penggunaan bahasa, hafalan-hafalan, reaksi-reaksi estetika serta
masalah-masalah social. Di lain pihak, laki-laki berkelebihan dalam penalaran
abstrak, penguasaan matematika, mekanika atau structural skills.
Secara herediter kita hanya dapat menduga,
barang kali perbedaan minat dan kelakuan antara laki-laki dan perempuan
disebabkan karena perbedaan sifat “genes” atau kromosom.
6. Ilmu
pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan inteligensi
Pewarisan
inteligesi secara tegas belum dapat dijelaskan oleh karena :
6.1.Dengan
adanya berbagai definisi dan teori tentang inteligesi, maka hingga pada saat
ini kita belum memperoleh pengertian yang standar/baku tentang inteligensi itu.
6.2.Hingga
pada saat ini, kita belum memiliki alat ukur yang cermat untuk mengetahui IQ
seseorang. Tes untuk mengukur inteligensi akademik dan tes untuk mengukur
inteligensi praktis harusnya menggunakan alat ukur yang berbeda, tetapi hingga
pada saat ini tes atau alat ukur yang digunakan untuk kedua macam inteligensi
itu sama. Masih diragukan, bahwa tinggi atau rendahnya IQ belum menentukan kapasitas
mental seseorang.
E.L
Thurndike berpendapat bahwa kemampuan mental yang berbeda pada masing-masing individu
adalah tidak disebabkan oleh perbedaan bagian –bagian otak, melainkan oleh
perbedaan operasi(hook ups) antara sel-sel saraf otak,alat-alat indera, serta
bagian-bagian lain dari sistem saraf.
7. Beberapa
masalah yang berhubungan dengan inteligensi
7.1.Apakah
kondisi tubuh yang jelek menghasilkan mental yang jelek pula
Berdasarkan
penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat
jasmaninya, dan pertumbuhannya pun lebih subur bila dibandingkan dengan
orang-orang yang IQ-nya lebih rendah. Dalam hal ini masih timbul pertanyaan ,
apakah kesehatan jasmani tidak ditimbulkan oleh factor-faktor lain? Pada
kenyataannya, anak-anak yang mempunyai kondisi jasmani yang baik pada umumnya
berasal dari keluarga-keluarga yang mampu memberikan kondisi kehidupan yang
sehat, dan di samping itu memiliki kemajuan-kemajuan serta
keuntungan-keuntungan pedagogis dan kultural.penelitian-penelitian di jerman selama
perang dunia 1 dan perang dunia 11 telah menunjukkan. Bahwa inteligesi manusia
tidak banyak dipengaruhi oleh kurangnya unsur-unsur makanan pada tubuh anak.
7.2.Apakah
penyakit yang diderita seseorang menghambat perkembangan mentalnya?
Penyakit
sifilis misalnya, belum menunjukan pengaruh bagi inteligensinya. Penyakiy ini
tidak memperendah IQ seseorang, kecualai jika sifilis itu diderita oleh
seseorang yang menglami tekanan-tekanan lingkungan atau ia berasal dari
keluarga yang memang ber-IQ rendah.
Penyakit-penyakit
tertentu menyerang otak atau sistem saraf dapat mengurangi IQ, tetapi tidak
selalu demikian. Beberapa penyakit yang menyerang otak atau system saraf
misalnya: spinal meningitis, memerahnya artiris, penyakit otak yang disebut
epidemic encephalitis, dan berbagai penyakit epilepsy. Kelukaan otak pada
prenatal atau pada masa bayi dapat mengakibatkan gangguan inteligesi, tetapi
apabila setelah dewasa luka itu sembuh, orangpun dapat memiliki inteligensi
seperti yang lazim dimiliki oleh orang normal.
7.3.Apakah
perbedaan ras dan kebangsaan menentukan perbedaan inteligesi?
Berdasarkan
tes-tes inteligensi yang pernah diadakan, dulu orang-orang negro di anggap
lebih bodoh dari pada orang-orang kulit putih. hal-hal ini memang boleh terjadi
ketika perbedaan warna kulit masih dipersoalkan secara tajam. Dalam perkembangan
selanjutnya, yaitu setelah orang-orang negro memperoleh banyak kesempatan luas
dibidang pendidikan, ternyata 25% dari mereka mempunyai IQ yang lebih tinggi dari
rata-rata IQ orang-orang kulit putih. bahkan sekarang banyak anak-anak negro
yang tercatat memiliki IQ yang tinggi mencapai 140-150. Mereka ini dalam dunia
pendidikan tergolong sebagai anak-anak yang glifted. Para ahli jiwa telah mengemukakan,
bahwa perbedaan antara orang-orang kulit putih sulit dihubungkan dengan masalah
hereditas. Untuk membandingkan inteligensi antara orang-orang dari berbagai
rasa atau kebangsaan yang berbeda, orang harus masih mempertimbangkan latar
belakang ekonomi serta status cultural pada masing-masing keluarga.
8. Penutup
Inteligensi
adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang sudah mengenal istilah
tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar seorang mengatakan si
A tergolong pandai atau cerdas ( inteligen ) dan si B tergolong bodoh atau
kurang cerdas ( tidak inteligen ). Istilah inteligen sudah lama ada dan
berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero
yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu
aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang
berasal dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “ inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia
“ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara,
sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai
pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau
kebenaran.
9. Daftar
pustaka
Drs.M.dalyono psikologi
pendidikan, inteligensi, 2005
No comments:
Post a Comment