Tuesday, April 15, 2014

inteligensi kecerdasan


I.                            PENDAHULUAN
Inteligensi  (kecerdasan)
1.      Pengertian inteligensi
Perkataan inteligensi berasal dari  kata “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to orgarize, to relate, to bind, together) pengertian inteligensi memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli yaitu sebagai berikut:
1.1. Super & cites mengemukakan sesuai definisi yang sering dipakai oleh sementara orang sebagai berikut ( kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman ( 1962 : 82 ).
1.2.Bischof seorang fisikolog amerika ( 1954 )
Itelingensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah
1.3.Heidentich ( 1970 )
Iteligensi meyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuain terhadap situasi – situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah – masalah.

2.      Teori – teori tentang inteligensi
Untuk lebih memperjelas pengertian inteligenci berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang itelingensi.
2.1.Teori “ uni-factor”
Pada  tahun 1911, wilhelm stern memperkenalkan suatu teori tentang iteligensi yang di sebut “uni-factor theory”. Teori ini dikenal pula sebagai teori kapasitas umum. Menurut teori ini inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Karena itu, cara kerja inteligenci juga bersifat umum. Reaksi atau seseorang dalam menyesuikan diri terhadp lingkungan atau memecahkan sesuatu masalah adalah bersifat umum pula. Kapasitas umum ( general capacity ) yang di timbulkan itu lazim dikemukakan dengan kode “G”.
2.2.Teori “two-factors”
Pada tahun 1904 yaitu stern, seorang ahli matematika bernama Charles spearman, mengajukan sebuah teori tentang inteligensi. Teori spearman itu terkenal dengan sebutan “two kinds of factors theory.” Spearman mengembangkan teori inteligensi berdasarkan suatu factor mental umum yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi “s”. factor “g” mewakili kekuatan mental umum yang berfungsi dalam setiap tingkah laku mental individu, sedangkan factor-faktor “s” menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. 
2.3.Teori “multi-factors”
Teori inteligensi multi factor dikembangkan oleh E.L Thorndike. Teori ini tidak berhubungan dengan konsep general ability atau factor “g” . Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus  dan respon. Hubungan-hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah lakuindividu. Ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak, menjumlah bilangan, atau melakukan pekerjaan itu  berarti bahwa ia dapat melakukan itu karna terbentuknya koneksi-koneksi di dalam sistem saraf akibat belajar atau latihan. Manusia didiperkirakan memiliki 13 miliar urat saraf sehingga memungkinkan adanya hubungan neural yang banyak sekali. Jadi, inteligensi menurut teori ini adalah jumlah koneksi actual dan potensial di dalam sistem saraf
2.4.Teori “Primary-Mental-Abilities”
l.l thurstone telah berusaha menjelaska tentang organisasi inteligensi yang abstrak, ia dengan menggunakan tes – tes mental serta teknik – teknik stastistik khusus membagi itelingensi menjadi 7 kemampuan primer, yaitu :
3.4.1. kemampuan numerical/matematis.
3.4.2. kemampuan verbal, atau berbahasa .
3.4.3. kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berpikir .
3.4.4. kemampuan membuat keputusan baik induktif maupun deduktif.
3.4.5. kemampuan mengenal atau mengamati.
3.4.6. kemampuan mengingat
            3.5.  Teori “sampling “ 
     Untuk menjelaskan tentang inteligensi, Godfrey H.Thomson pada tahun 1916 mengajukan sebuah teorinya yang disebut teori sampling. Teori ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 1935dan 1948. Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel dunia berisikan berbagai bidang pengalaman. Berbagai bidang pengalaman itu terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya. Masing-masing bidang hanya terkuasai sebagian-sebagian saja dan ini mencerminkan kemampuan mental manusia . sebagai gambaran, misalnya saja dunia nyata terdapat kemampuan atau bidang-bidang pengalaman A,B,C, Inteligesi bergerak dengan sampel, misalnya sebagian A dan sebagian B atau dapat pula sebagian dari bidang-bidang A,B, dan C.
3.      Factor-faktor yang mempengaruhi inteligensi seseorang
              Factor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain ialah:
3.1.Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh.  Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
3.2.Kematangan: tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masig-masing. Anak-anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu, karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya.
3.3.Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri mempengaruhi perkembangan sengaja ( seprti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar )
3.4.Minat dan pembawaan yang khas : minat mengarahkan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi). Dari manipulasi dan eksplorisasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
3.5.Kebebasan: kebebasan berarti  bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa  minat itu selamanya tidak menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.

Orang-orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa perancis: Alfaret Binet dan pembantunya simon. Sehingga tes nya dikenal dengan nama Tes Binet- Simon. Seri tes dari binet simon ini, pertama diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama Chelle matrique de L’intelligence atau skala pengukuran kecerdasan. Tes binet simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun ). Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja bibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah .
 Seperti:
- mengulang kalimat kalimat yang pendek atau panjang
- mengulang deretan angka-angka
-memperbandingkan berat timbangan
- menceritakan isi gambar-gambar
- menyebut nama bermacam-macam warna
- menyebut harga mata uang

4.      Peranan pendidikan dalam meningkatkan inteligensi

Penelitian para psikolog lowa Dr. NancyBayley dari universitas California mengemukakan pendapat, bahwa IQ anak yang masih terlalu muda mengalami perubahan “turun-naik” (tidak tetap).  Ia berpendapat, bahwa kapasitas mental anak masih terlalu muda tidak berkembang dengan kecepatan yang sama dengan perkem    bangan kecepatan mental anak-anak sebaya lainya, meskipun mereka mempunyai kekuatan-kekuatan intelektual yang sama. Ini dapat berarti, bahwa dalam tahap perkembangan tertentu seorang anak dapat memiliki IQ di bawah rata-rata,sedangkan dalam tahap yang lain ia memiliki IQ di atas rata-rata.

Peneliti-peneliti lain sperti yang dilakukan oleh Prof. Irving Lorge (1945) dari universitas Colombia menunjukkan, bahwa IQ seseorang berubungan dengan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat  pendidikan seorang semakin tinggi pula IQ-nya.


5.      Inteligesi pria dan wanita
Banyak orong yang sudah meyakini, bahwa antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan dalam inteligesi. Banyak pula penelitian yang membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Dari tes-tes yang pernah diberikan, wanita terutama berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang meyangkut penggunaan bahasa, hafalan-hafalan, reaksi-reaksi estetika serta masalah-masalah social. Di lain pihak, laki-laki berkelebihan dalam penalaran abstrak, penguasaan matematika, mekanika atau structural skills.
 Secara herediter kita hanya dapat menduga, barang kali perbedaan minat dan kelakuan antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena perbedaan sifat “genes” atau kromosom.

6.      Ilmu pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan inteligensi

Pewarisan inteligesi secara tegas belum dapat dijelaskan oleh karena :
6.1.Dengan adanya berbagai definisi dan teori tentang inteligesi, maka hingga pada saat ini kita belum memperoleh pengertian yang standar/baku tentang inteligensi itu.
6.2.Hingga pada saat ini, kita belum memiliki alat ukur yang cermat untuk mengetahui IQ seseorang. Tes untuk mengukur inteligensi akademik dan tes untuk mengukur inteligensi praktis harusnya menggunakan alat ukur yang berbeda, tetapi hingga pada saat ini tes atau alat ukur yang digunakan untuk kedua macam inteligensi itu sama. Masih diragukan, bahwa tinggi atau rendahnya IQ belum menentukan kapasitas mental seseorang.

E.L Thurndike berpendapat bahwa kemampuan mental yang berbeda pada masing-masing individu adalah tidak disebabkan oleh perbedaan bagian –bagian otak, melainkan oleh perbedaan operasi(hook ups) antara sel-sel saraf otak,alat-alat indera, serta bagian-bagian lain dari sistem saraf.

7.      Beberapa masalah yang berhubungan dengan inteligensi

7.1.Apakah kondisi tubuh yang jelek menghasilkan mental yang jelek pula
Berdasarkan penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat jasmaninya, dan pertumbuhannya pun lebih subur bila dibandingkan dengan orang-orang yang IQ-nya lebih rendah. Dalam hal ini masih timbul pertanyaan , apakah kesehatan jasmani tidak ditimbulkan oleh factor-faktor lain? Pada kenyataannya, anak-anak yang mempunyai kondisi jasmani yang baik pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang mampu memberikan kondisi kehidupan yang sehat, dan di samping itu memiliki kemajuan-kemajuan serta keuntungan-keuntungan pedagogis dan kultural.penelitian-penelitian di jerman selama perang dunia 1 dan perang dunia 11 telah menunjukkan. Bahwa inteligesi manusia tidak banyak dipengaruhi oleh kurangnya unsur-unsur makanan pada tubuh anak.
7.2.Apakah penyakit yang diderita seseorang menghambat perkembangan mentalnya?
Penyakit sifilis misalnya, belum menunjukan pengaruh bagi inteligensinya. Penyakiy ini tidak memperendah IQ seseorang, kecualai jika sifilis itu diderita oleh seseorang yang menglami tekanan-tekanan lingkungan atau ia berasal dari keluarga yang memang ber-IQ rendah.
Penyakit-penyakit tertentu menyerang otak atau sistem saraf dapat mengurangi IQ, tetapi tidak selalu demikian. Beberapa penyakit yang menyerang otak atau system saraf misalnya: spinal meningitis, memerahnya artiris, penyakit otak yang disebut epidemic encephalitis, dan berbagai penyakit epilepsy. Kelukaan otak pada prenatal atau pada masa bayi dapat mengakibatkan gangguan inteligesi, tetapi apabila setelah dewasa luka itu sembuh, orangpun dapat memiliki inteligensi seperti yang lazim dimiliki oleh orang normal.
7.3.Apakah perbedaan ras dan kebangsaan menentukan perbedaan inteligesi? 
Berdasarkan tes-tes inteligensi yang pernah diadakan, dulu orang-orang negro di anggap lebih bodoh dari pada orang-orang kulit putih. hal-hal ini memang boleh terjadi ketika perbedaan warna kulit masih dipersoalkan secara tajam. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu setelah orang-orang negro memperoleh banyak kesempatan luas dibidang pendidikan, ternyata 25% dari mereka mempunyai IQ yang lebih tinggi dari rata-rata IQ orang-orang kulit putih. bahkan sekarang banyak anak-anak negro yang tercatat memiliki IQ yang tinggi mencapai 140-150. Mereka ini dalam dunia pendidikan tergolong sebagai anak-anak yang glifted. Para ahli jiwa telah mengemukakan, bahwa perbedaan antara orang-orang kulit putih sulit dihubungkan dengan masalah hereditas. Untuk membandingkan inteligensi antara orang-orang dari berbagai rasa atau kebangsaan yang berbeda, orang harus masih mempertimbangkan latar belakang ekonomi serta status cultural pada masing-masing keluarga.

8.   Penutup
Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas ( inteligen ) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas ( tidak inteligen ). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.

9.      Daftar pustaka
Drs.M.dalyono psikologi pendidikan, inteligensi, 2005

No comments:

Post a Comment