BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Albert Bandura sangat terkenal
dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory ) salah satu konsep
dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran,
pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar
sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta faktor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Faktor
kognitif
berupa
ekspektasi/
penerimaan siswa
untuk meraih
keberhasilan, faktor
sosial
mencakup pengamatan siswa terhadap
perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori
kognitif
sosial.
Menurut Bandura ketika siswa
belajar
mereka dapat merepresentasikan
atau mentrasformasi pengalaman mereka
secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi
perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan
penting. Faktor person (kognitif)
yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi
diri. Reivich
dan Shatté
(2002) mendefinisikan efikasi
diri
sebagai
keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah
dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi
diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak
akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut
Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi
tantangan. Individu
tidak
merasa
ragu karena ia
memiliki kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan
dirinya.
Individu ini
menurut Bandura (1994) akan
cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Menurut Bandura proses mengamati dan
meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial
jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam
lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya
menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah
diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan :
1.
Bagaimana
Latar Belakang Tokoh ?
2.
Bagaimana
Teori Pembelajaran Sosial ?
3.
Bagaimana
Teori Peniruan ( Modeling ) ?
4.
Apa Unsur
Utama Dalam Peniruan ?
5.
Apa Ciri –
ciri Teori Pemodelan Bandura ?
6.
Bagaimana
Eksperimen Albert Bandura?
7.
Apa saja
jenis – jenis Peniruan ?
8.
Bagaimana
Kelemahan dan Kelebihan Teori Albert
Bandura ?
9. Bagaimana
Implementasi Teori Albert Bandura dalam pembelajaran ?
C.
Tujuan
Perumusan Masalah
1.
Untuk
mengetahui Latar belakang Tokoh
2.
Untuk
mengetahui Teori Pembelajaran Sosial
3.
Untuk
mengetahui Teori Peniruan ( modeling )
4.
Untuk
mengetahui Unsur Utama dalam Peniruan
5.
Untuk
mengetahui Ciri – cirri Teori Pemodelan Bandura
6.
Untuk
mengetahui Eksperimen Albert Bandura
7.
Untuk
mengetahui Jenis – jenis Peniruan
8.
Untuk
mengetahui Kelemahan dan Kelebihan Teori
Albert Bandura
9.
Untuk
mengetahui Implementasi Teori Bandura dalam Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare
Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya
dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949
beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di
Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran
untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada
tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific
contribution pada tahun 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura
bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan
tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai
meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar
doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup
untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma
behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial,
salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B.
Teori
Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial atau disebut juga Teori Observasional atau
Teori belajar dari model. Teori belajar ini relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya dan merupakan perluasan dari teori belajar
perilaku (behavioristik). Teori
pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Berbeda dengan
penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir
dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Teori ini menerima sebagian besar
dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada
proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan
menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan
kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam
pandangan belajar sosial “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan –
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus
lingkungan.
Teori belajar sosial menekankan bahwa
lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ;
lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu
melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh
(Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran
sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu
langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui
pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya
dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru
melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang
lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun
model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negative, saat
mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak
harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,
M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori
pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial berdasarkan pada
penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah
laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah
cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori –
teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah
laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran
terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku
orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
Bandura
mengidentifikasi tiga model dasar pembelajaran observasional:
1. Model hidup,
yang melibatkan seorang individu yang sebenarnya mendemonstrasikan atau
bertindak keluar perilaku.
2. Sebuah model
pembelajaran verbal, yang melibatkan deskripsi dan penjelasan perilaku.
3. Model
simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku,
film, program televisi, atau media online.
C.
Teori
Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli
psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya
mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran
yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social
learning “ – “pembelajaran sosial “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena
manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan
memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar
tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh
tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan
penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959,
1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan
peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui
pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu
tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut
"observationallearning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura
(1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki
memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku
tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi
faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau
telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah
menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila
mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk
sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah
bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam
video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru
aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan
yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat
kapal terbang kertas dan pelajar meniru
secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku.
Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku
bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika
anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan
memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam
keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam
situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini
timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang
anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri
anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku
apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif
anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu
Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah
kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan
anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh
difahami melalui pancaindera. Menurut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar
atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu,
beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan
perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan
anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
D.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses
Modeling/Permodelan)
Menurut
teori belajar sosial (Albert Bandura)
ada 4 tahap Unsur Utama dalam
Peniruan (Proses Modeling/Pemodelan) yaitu : perhatian / atensi, mengingat /
retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1) Perhatian ('Attention')
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya.
Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain
yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin
meniru tingkah laku pemain musik terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya
sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka "Sosial Learning
& Personality Development"menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan
orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2) Mengingat ('Retention')
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu
dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak
bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan
bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak
('Reproduction')
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga
dapat menunjukkan kemampuannya atau
menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya,
mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model
dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku
yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah
pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura
karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek
harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
E.
Ciri – ciri
teori Pemodelan Bandura
1.
Unsur
pembelajaran utama ialah perhatian dan peniruan
2.
Tingkah laku
model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3.
Pelajar
meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4.
Pelajar memperoleh
kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5.
Proses
pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau
timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
Lebih lanjut
menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak
hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi,
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri
pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory
system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat
menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi
referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang
merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam
pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self
evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar
yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses
instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self
efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut
Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran
yaitu sebagai berikut :
1. Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model
yang terdiri :
a. Apakah karakter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa
konsep, motor skill atau afektif?
b. Bagaimanakah urutan dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam urutan atau
rangkaian tersebut?
2. Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku
tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang
penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidak begitu
penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk
menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3. Pengembangan urutan atau
rangkaian (sekuen) instruksional
Untuk mengajar motor skill,
bagaimana cara mengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this”
dan bukannya “not this”.Langkah-langkah manakah menurut urutan atau rangkaian
(sekuen)yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4. Implementasi pengajaran untuk menuntut proses kognitif dan motor
reproduksi.
a. Motor skill
1) Hadirkan model
2) Beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secara simbolik
3) Beri kesempatan kepada pembelajar
untuk latihan dengan umpan balik visual
b. Proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk
untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan
beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secara aktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai
siatuasi.
F.
Eksperimen
Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan
pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar
terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh
pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen
Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh
memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan
menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil =
Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B = Disuruh
memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil =
Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah
hasil dari penguatan.
Hasil
Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa.
Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
G. Jenis –
jenis Peniruan (modelling)
Jenis – jenis Peniruan (modeling) adalah :
1.
Peniruan
Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial
Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modelling , yaitu
suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui
demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang
ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi
yang disukai.
2.
Peniruan Tak
Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang
guru mengajarkan rekannya / teman sejawat.
3.
Peniruan
Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru
gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4.
Peniruan
Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV,
tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5.
Peniruan
Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai
prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.
Tingkat
tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak
awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses
mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam
kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh :
Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut
yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang
sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung
dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2.
Individu
lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu
akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai
serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan
gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi
kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat
pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar sosial dalam iklan
sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan
disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya
mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara
karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – ciri model
seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam
menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya
daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama
prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung
imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh
interaksi antara ciri model dengan observernya.
H.
Kelemahan
Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura
sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena,
teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan
adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami
sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia
belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling
), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini
juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
I.
Kelebihan
Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan
teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial
lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan
imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak,
faktor sosial dan kognitif.
J.
Implementasi
Teori Albert Bandura dalam Pembelajaran
Penerapan
dalam proses pembelajaran di dalam kelas, antara lain :
1. Penyampaian
guru hendaklah cakap dan menarik agar dapat menjadi model bagi siswa
2. Demonstrasi
yang dilakukan oleh guru hendaknya jelas serta menarik agar siswa dapat meniru
dengan cepat
3. Hasil
pekerjaan guru, lukisan, hendaknya bermutu
4. Guru boleh
menggunakan teman sejawat yang terbaik sebagai model
BAB III
KESIMPULAN
Ø Teori
Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli
psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam
lingkungan sekitarnya.
Ø Bandura
(1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian
internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh.
Ø Belajar
merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses
kognitif belajar.
Ø Komponen-komponen
belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan
proses-proses kognitif pembelajar.
Ø Hasil
belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan
kembali atau tidak (retrievel).
Ø Dalam
perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping
pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu
ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
Ø Dalam proses
pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan
secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment
yang tidak perlu.
Ø Bandura
memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus (S-R
bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Ø Pendekatan
teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan
merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan
anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan
anak, faktor sosial dan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Arie Asnaldi, 2005. Teori – Teori Belajar
Bell Gredler, E.Margaret.1991.Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:
CV.Rajawali
blogs.unpad.ac.id/aderusliana
John W. Satrock, 2007.Psikologi Pendidikan, edisi kedua.PT. Kencana Media
Group.Jakarta